Dulu Dia adalah gadis cantik yang
menggemaskan,penuh keceriaan tapi terkadang menyebalkan. Setiap kali aku
berkunjung kerumah mamanya Dia selalu minta aku gendong padahal tubuhnya cukup
berat dan membuatku kewalahan menggendongnya di punggung kecilku yang saat itu
berumur 6 tahun, sedangkan Dia berumur 3 tahun waktu itu. Gadis itu bernama
Lala Dia adalah keponakanku.
Hari itu sungguh melelahkan, Aku baru
saja pulang sekolah MA yang letaknya tidak jauh dari rumah. Karena sekolah MA
ku masuk pada siang hari sekitar pukul 13.00 makanya pada sore hari aku baru
pulang, terkadang adzan magrib aku masih di sekolah. Entah itu pergi
keperpustakaan dulu atau ada rapat OSIS
yang harus di hadiri. Ketika aku sampai
dirumah aku langsung menyimpan sepatuku ke rak. Tak lupa mengucapkan salam pada
umi dan bapak
“assalamu’allaikum” ucapku yang langsung
pergi ke kamar
“waalaikumsalam” terdengar jawaban dari
ruang keluarga,karena letak kamarku di bagian paling depan rumah sehingga aku
tidak langsung pergi ke ruang keluarga,tapi hendak berganti pakaian terlebih
dahulu. Sesampainya di kamar ternyata ada sepupuku Lala yang sedang duduk di
kasur.
“Ka
ko ada disini? Oh ia gimana kabarnya?” sapaku pada Lala yang biasanya
akupanggil Kaka,karena Dia anak dari kaka ayah ku. Kalau orang sundamah manggil
nya ua, nah ke anak ua ini yang haus kita panggil teteh, tapi yah kemauan Lala
sendiri pengen dipanggil Kaka.
“alhamdulillah baik de” katanya sambil
tersenyum, tapi kemudian Lala malah mengunci pintu kamar Ku, sontak saja
membuatku sedikit heran.
Kemudian Dia menjelaskan kepadaku
kenaapa Lala mengunci kamar karena Dia ingin curhat sesuatu yang penting.
“De kaka hamil”ucapnya lirih,
pandanganku langsung tertuju pada Lala seolah takpercaya dan ingin meyakinkan
ucapan itu. Hatiku begitu sakit entah kenapa, Hamil? Mana mungkin gadis kecil
itu sudah melakukannya, Lala kenapa? Apa yang terjadi? Hatiku bertanya-tanya
dan tak terasa air mataku mengalir tak bisa ditahan.
“kenapa?apa yang terjadi La?” tanyaku
pelan karena takut terdengar oleh orang rumah
“Kaka ga sadar de,tau tau pas bangun
kaka udah ga pake baju dan...ada darah”
“siapa yang melakukannya ka?terus kenapa
kaka sampai ga sadar?” pikiranku terus berputar, berbagai pertanyaan yang belum
terjawab,rasa kecewa,kasian,benci entah mengapa menguasai hatiku,mendengar ka
Hamil? Bagai mimpi di siang bolong,bagai menonton pilm sinetron TV yang
menceritakan tentang pergaulan bebas...dan sekarang di dunia nyata, benar-benar
terjadi.oh ya Allah apakah ini akibat perceraian kedua orang tuanya. Akibat
kelalaian kami sebagai keluarga nya yang tidak mampu mendidiknya,tapi sebisa
mungkin kami selalu bertegur sapa aku pun suka menasehatinya agar selalu sabar
kendati kedua orang tua Lala memutuskan untuk bercerai jangan biarkan tragedi
itu membuat Lala menjadi hancur malah harus menunjukan kepada mereka bahwa Lala
kuat,dan capai cita-cita setinggi mungkin agar mereka bisa bangga. Tapi nasi
sudah menjadi bubur, tak pernah
terbayangkan namun memang sudah di wanti-wanti kalau Lala tidak boleh main
dengan sembarangan orang, kedua orang tua ku juga selalu memberinya nasehat
agar tidak main malam-malam tapi Lala tetap saja terbawa teman-teman nakal nya
yang malah menjerumuskannya. Hingga sekarang Dia hamil ! innalillahi musibah
memang datang nya tak terduga dan tak diinginkan.
Setelah
curhat yang sangat mengejutkan itu akumenjadi khawatir sekaligus bimbang
karena Lala meminta agar akutidak
memberitahukan keadaan nya pada kedua orang tua ku,apalagi kepada ayahnya,
karena ibu Lala sekarang sedang berada di Malaysia menjadi TKW. Aku menjadi
miris memikirkan Lala kecil dulu dan sekarang.
Aku berusha sebaik mungkin
menyembunyikan rahasia kehamilan Lala kepada umi dan bapak. Lala menunjukan
tanda-tanda ngidamnya pada ku dia meminta dimasakan mie telor untuk makan siangnya
tidak mau makanan lain. Aku berusaha memenuhi
keinginannya dengan senang hati walau hatiku masih tidak tenang dan
selalu merasa kasihan dengan kehidupan malang sepupuku itu. Dulu ia ingin
bersekolah di MTs yang sama seperti ku, dia ingin berprestasi sepertiku
katanya, dia ingin bisa meraih juara kelas. Semangatnya itu yang membuatku
semakin menyesali keadaan, kalau saja dulu aku mempertahankan Lala dirumah umi
dan bapak pasti kejadiannya berbeda,tapi dulu ayah Lala bersikeras ingin
merawaat Lala dirumahnya sendiri,dia baru saja bercerai dengan mama Lala dan
ketika melihat di rumah tidak ada siapapun itu membuatnya kesepian ceritanya
pada umi ketika menjemput Lala. Sebenarnya bukan hanya Lala anaknya, ada juga
kaka Lala Teh Erni, dan adik Lala Mira. Tapi mereka sudah tidak ada di
Bandung,Teh Erni yang sudah bersuami tinggal di Sukabumi dan sang adik Mirna
yang masih kecil diasuh nenek dan kakek di Pelabuhan Ratu.
Hari itu juga Lala minta diantar ke
apotek, dia menyerahkan uang sepuluh ribu rupiah padaku. Aku bingung bukannya
dia bilang sudah hamil lalu kenapa harus beli test peck lagi?
“ka
bukannya kaka udah hamil masa beli test peck lagi,buat apa?” tanyaku sambil
mengambil uang nya,lalu kami berangkat naik motor minta diantar adikku Rangga.
“yah
dek,buat mastiin aja lagi soalnya takut salah test peck nya yang kemarin mah” jawabnya sambil
nyengir. Kami naik motor bertiga kemudian berhenti di depan apotek di depan
jalan raya. Sebenarnya agak was-was juga buat beli test peck masalnya itu kan
alat buat test kehamilan,semua orang juga tahu dan kalau yang belinya anak ABG
sepertiku pasti penjaga apotek akan berpikir yang aneh-aneh? Tapi yasudahlah
mengingat sepupuku aku menjadi kasian. Tanpa ragu aku masuk mendorong pintu
apotik itu yang cukup berat.
“mba
ada test pecknya?” sapaku kemudian tersenyum bersikap seperti biasa,polos dan
memang test pecknya bukan buatku tapi sepupuku yang lagi menunggu didepan
apotik.
“ada
mau yang bagus atau biasa?eh tapi yang biasa sudah abis?” mba penjaga apotik
berhijab membawa sekotak test peck berwana pink.
“oh
yaudah yang itu aja mba,berapa?”tanyaku,keemudian datang mba yang satunya lagi
bersama mas-mas mereka menatapku seolah merasa kasian dan bertanya.
“kalau
yang bagus ini harganya enam belas ribu dek,oh ia tau ga cara pakainya?”
tanyanya yang kemudian membuatku khawatir dan langsung menjelaskan.
“oh
ini buat mama ko mba,eh tapi emang gimana caranya?takutnya mama juga belum tau
caranya”jawabku gugup, ya Allah memang test peck nya bukan buatku kan. Si mba
nya menjelaskan sesekali si mas nya juga menambahkan penjelasan si mba
berhijab. Aku merasa sudah resah rasanya ingin cepat pergi saja,meskipun aku
sudah bilang test peck nya buat mama alias umi tapi bisa aja mereka ga percaya
dan menganganggapku gadis malang. Oh aku melihat itu dari pancaran mata
mereka...Rara stop menebak-nebak jalan pikiran orang lain,hah biarlah,aku rela.
Setelah
membeli test peck yang tidak menyenangkan itu kami pulang kerumah. Sorenya Lala
memintaku menemaninya kerumah seorang teman yang ia titipi baju,jadi Lala suka
tidur dirumah orang lain,yah meskipun itu temannya, tapi ini menyimpan pakaian
cukup banyak disana?bukannya pasti Lala sering menginap.Lala janjian sama
temannya di depan sebuah sekolah yang aku ketahui itu sekolahan elit disekitar
kota ku. Sekolah itu mempunyai lapangan yang cukup luas dan ketika kami berdua
datang banyak anak laki-laki yang sedang main bola. kami masuk gerbang,meskipun
hatiku sedikit was-was karena tidak terbiasa dengan anak laki-laki apalagi
disana tidak ada mahluk berjenis kelamin wanita selain kami berdua.
Disana
kami menunggu teman Lala yang akan mengantarkan baju, beberapa teman Lala yang
tadi main bola mendatangi kami, ada juga yang mengajaku berkenalan. Tapi
bukannya senang aku malah tidak suka pasalnya mereka itu sudah pasti anak-anak
nakal yang ikut membuat Lala jadi nakal. Aku tak habis pikir kenapa Lala
mempunyai teman yang kebanyakan laki-laki,betah main sama mereka padahal kan
biasanya perempuan yah pasti main sama perempuan juga soalnya pasti sehati
dalam kesukaan maupun curhat tentang masalah yang di hadapi.
Malamnya
Lala mengajaku pergi untuk menemui pacar yang telah menodai,betapa aku sangat
tidak menyukai laki-laki itu,bertubuh tinggi dengan kulit agak gelap. Dia
datang bersama temannya. Sebenarnya aku sangat malas pergi apalagi mala-malam
yang notabennya aku tidak suka keluar malam. Alasannya Lala meyakinkannku untuk
ikut karena butuh bantuan ingin meminta pertanggung jawaban cowok itu. Padahal
pas udah berhadapan sama cowok itu tak tau kenapa Lala malah bungkam,tidak
berbicara soal bayi dikandungannya. Sangat membuatku jengkel.
Keesokan
harinya aku memutuskan untuk memberi tahu umi dan bapak soal kehamilan Lala.
Aku takut disalahkan karena tidak memberi tahu mereka kalau sampai Lala
kenapa-kenapa,karena aku pernah mendengar Lala menelpon seorang temannya dan
bertanya bagaimana cara untuk menggugurkan bayi. Setelah mendengar itu aku
menjadi khawatir dan ingin memberi tahu keluargaku.
Akibatnya
Lala menjadi marah karena umi,bapak dan ayahnya tahu. Lala terus mengelak kalau
Dia tidak hamil . Aku langsung
bengong,jadi selama ini dia membohongiku tentang kehamilannya,membongi
teman-teman yang Dia telepon untuk bisa menggugurkan bayinya?
itu semua tidak benar. Marah.itulah yang
kurasakan,tapi aku juga lega berarti Lala tidak akan mempunyai bayi diusia
belia, 15 tahun. Setelaah itu aku ingin membenci Lala karena kebohongannya
namun aku tidak bisa. Bagaimana pun Lala adalah saudaraku yang aku sayangi,
tapientah apa yang ada di kepalanya tentang kebohongan itu. Aku hanya bisa
husnudon.
Lala
memang mengalami kejadian malam hilangnya keperawanan itu, tapi ia tidak hamil
dan malah menuduhku berbohong. Sehingga nenek dan kakeku sampai menelpon untuk
menanyakan kebenarannya. Dan aku hanya bisa menjawab dengan menceritakan semua
curhatan Lala padaku. Terserah mereka
mau percaya atau tidak. Buat apa aku membuat cerita bohongkan? Apalagi untuk
menjatuhkan dan menghina Lala. DIa adalah keponakan kecilku yang menggemaskan.
Tapi hancur karena salah pergaulan, karena keluarganya yang tak utuh lagi dan
karena kurangnya perhatian. Aku mengasihaninya untuk semua itu. Kita tak tahu
nasib apa yang menanti kita dimasa depan. Akan seperti apa kita nanti? Walau
nasib sudah ditentukan dan sudah ada yang mengatur. Namun ada baiknya kita
selalu berusaha,bekerja keras dan berdo’a kepada yang Maha kuasa. Apa yang kita
tanam sekarang itulah apa yang akan kita petik hasilnya kelak.
end.
0 Response to "Lala, Layu sebelum berbunga."
Posting Komentar