FF SeoKyu My Babbydoll Chapter.1

Posted on Agustus 02, 2015 In: ,


 Tak ada hidup yang benara-benar indah...
Kenyataanya adalah hanya dongeng yang selalu berakhir bahagia...
Tapi Malaikat tak pernah terlambat dengan tugasnya...
Menjadi penyelamat ketika semuanya akan berakhir...

Keluarga Vanhouten merupakan salah satu keluarga terkaya di kota. Aset kekayaan mereka terdiri dari kepemilikan tanah yang hampir setengah dari kota tempat tinggal mereka. Di tanah itu mereka mempunyai banyak pekerja dipertanian. Sehingga hasil panen yang mereka dapatkan sangat melimpah dan menambah pundi-pundi kekayaan mereka. Walaupun tarmasuk keluarga yang kaya raya, keluarga Vanhouten tidak pernah tinggi hati, mereka termasuk orang-orang yang dermawan. Gaji para petani yang cukup besar membuat mereka betah bekerja pada keluarga vanhouten. Karena kebaikannya itu pula banyak warga yang menyukai dan menghormati keluarga vanhouten. Suatu musim semi yang panjang membuat para petani harus bekerja ekstra keras. Kemudian pada musim semi itu pula kepala keluarga vanhouten, Robbert vanhouten. Menghembuskan napas terakhirnya karena menderita penyakit mematikan. Setelah kematian Robbert sang istri Luisa berusaha memimpin pekerjaan suaminya. Tapi Luisa sangat kesusahan dengan pekerjaan sang suami yang tak semudah ia bayangkan. Apalagi Luisa merupakan seorang ibu untuk kedua putri Robbert. Beberapa bulan sejak kematian suaminya, akhirnya Luisa menikah kembali. Sebenarnya ibu dua anak itu tidak mau menghianati sang suami, Robbert. Tapi karena desakan keluarga yang membutuhkan seorang pemimpin untuk mengurus ladang pertanian mereka. Akhirnya Luisa menikah dengan pengacara kepercayaan sang suami, Mark Delton.
“ ibu berbahagialah! ” Gadis cantik bermata biru terang membisikan kata-kata itu pada sang ibu. Pelukan eratnya seakan menyalurkan semangat untuk hidupnya yang hancur setelah ditinggal sang suami,Robert. Tapi anak pertamanya Laela, memang mempunyai hati yang baik. Selalu patuh kepada kedua orang tua dan sangat menyayangi adiknya, Luna.
“ Terimakasih dear... ibu sangat menyayangimu” Sang ibu membalas pelukan anak pertamanya itu dengan tak kalah erat.

Sekilas ingatan Laela tentang pernikahan ibunya dengan Mark delton yang sekarang telah resmi menjadi ayah tirinya. Semuanya berjalan lancar dan normal kembali. Hidup keluarga Vanhouten menjadi lengkap dan sibuk dengan kesibukannya masing-masing. Ibunya yang disibukan dengan acara amalnya dengan para ibu-ibu bangsawan lain. Ayah tirinya yang memimpin bisnis pertaniannya. Serta Laela sendiri hanya dirumah menjaga sang adik. Karena sekarang tidak ada lagi pengurus rumah tangga. Meskipun berjalan dengan baik selama berbulan-bulan, namun Laela merasakan ada yang janggal. Dan ia merasa tidak tenang.
Tiba-tiba hari itu sangat mengejutkan Laela. Rumah sakit mengabarkan kecelakaan yang menimpa Luisa, ibunya.
 “Ayah akan kerumah sakit, apa kau akan ikut Laela? “ Mark, ayah tirinya berkata smbil terburu-buru mengambil kunci mobil.
“ Ayah aku ingin, tapi bagaimana dengan Luna? “ Luna memang adik Laela yang malang. Gadis kecil itu sudah memiliki penyakit anemia kronis sejak ia masih bayi. Luna tak bisa sembarangan keluar rumah karena penyakitnya itu. Lagi pula semua pengurus rumah tangga keluarga Vanhouten sudah diberhentikan Mark Delton, ayah tirinya. Awalnya luisa menolak namun sang ayah bersikeras pada keputusan memberhentikan seluruh pekerja dirumahnya. Mark berpendapat bahwa mereka harus mengirit untuk membiayai pengobatan Luna. Akhirnya Luisa dan Laela menyetujui keputusan Mark.
“ Baik, kalau begitu kau jangan kerumah sakit, jaga Luna. Aku akan segera mengabarkan kondisi Ibu mu secepatnya”
Namun yang Laela tak tahu adalah semua kecelakaan itu adalah rencana Mark. Bukannya pergi kerumah sakit Mark malah pergi ke kantor pengacara keluarga Vanhouten. Mark meminta surat wasiat yang dulu diberikan kepadanya. Tapi karena ia menikahi Luisa, sehingga surat wasiat itu jatuh ke tangan pengacara lain.
“ Laela, Luisa telah wapat! “ Kata  Mark. Setelah membuka surat wasiat itu Mark menjadi geram. Disurat itu tertera “ Aku mewariskan hartaku untuk kedua anak perempuanku. “ apa? Sungguh sial.
  Dam it! “ Mark memaki tubuh istrinya yang tak berdaya akibat ulahnya, menyabotasi mobil sang istri. Luisa berbaring lemah dengan selang –selang penunjang kehidupan. Kata dokter kondisinya kritis dan tinggal menunggu keajaiban.
“ istriku tercinta sebelum kau meninggal. Aku ingin menyampaikan rahasiaku padamu. Aku adalah orang yang membunuh Robbert, dan aku juga yang akan membunuhmu...sayang. “ Mark mencabut selang oksigen Luisa. Tak lama kemudian alat pengukur detak jantung berbunyi nyaring, menandakan sang pasien menghembuskan napas terakhir. Dengan memasang tampang khawatir dan sedih, Mark membunyikan bel tanda pasien butuh bantuan. Kemudian para dokter berdatangan.
Pemakaman baru saja selesai dilaksanakan. Luisa seakan tak bisa membedakan antara dunia nyata dan mimpi. Semuanya begitu cepat, ayahnya kemudian ibunya meninggal. Sebenarnya  Laela agak curiga dengan semua yang menimpa keluarganya. Pasalnya dulu Laela pernah mendengar Mark berkata di telpon “ Suaminya telah wapat, Selanjutnya istriku tercinta “ saat itu Laela menghiraukan pembicaraan itu, yah... mungkin Laela salah dengar. Bisa saja kan? Tapi sekarang Laela jadi mengerti. Dan entah kenapa menjadi sangat membenci Mark Delton.

Malam begitu kelam, hujan diluar sangat deras, Laela baru saja hendak pergi kekamarnya setelah menina bobokan adiknya, Luna. Berbeda dengan adiknya yang berambut hitam seperti sang ayah, rambut Laela berwarna pirang keemasan seperti sang ibu, Luisa. Tak terasa air mata mengalir dipipi putih kemerahan itu, diciumnya kening Luna. Kemudian mematikan lampu dan menutup pintu kamar Luna dengan perlahan.
Tiba-tiba dirasakannya cengkaraman kasar ditangannya, Laela meronta.
“akh...apa yang kau lakukan? “ Mark menyeret Laela ke kamar sang ibu, Luisa. Kemudian ia mengambil sebuah tali dan mencekik Laela.
“aaaaakh...kau me...mang penjahat, Mark! “ Laela berusaha melepaskan diri. Napasnya sesak dan lehernya terasa sakit, Ia terus meronta, lalu kemudian tak sengaja Mark menabrak lampu tidur sehingga membuatnya terjatuh. Laela tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan cepat ia berlari dari cengkraman Mark.  Laela berhasil kabur dan lari, namun Mark masih mengejar dibelakangnya seperti setan yang haus membunuh, tubuh Laela bergetar karena rasa takut. Kemudian Laela masuk ke kamarnya dan ketika hendak menutup pintu, Mark mendorongnya dengan kuat. Laela tak bisa berkutik ketika pintu terjembap terbuka. Mark masuk Laela kemudian mencakar wajahnya ketika ada kesempatan. Ia sangat membenci Mark delton. Tak disangka Laela, Mark ternyata berbalik kemudian mengunci pintu kamar Laela. Dan begitu tersadar tentang adiknya, Laela langsung histeris. Ketika Laela melihat dari celah kunci pintu pintu, ia melihat Mark masuk ke kamar aLuna, dan membangunkan adik kecilnya itu. Dengan tergesa-gesa Laela mencari cara untuk pergi ke kamar adiknya. Kemudian dengan nekad Laela turun melalui jendela kamarnya ke lantai satu rumahnya. Karena hujan begitu deras sehingga kusen pijakan Laela menjadi begitu licin. Dengan hati yang terus berdo’a akhirnya ia bisa mencapai jendela kamar Mark. Dengan tergesa-gesa Laela membuka laci tempak kerja lelaki kejam itu. Laela akan membunuhnya.

Begitu sampai di kamar Luna, ia melihat Mark sedang menyeringai diatas tubuh adiknya yang sudah tergeletak di lantai marer. Luna takbergerak. Laela marah kemudian ia mengacungkan pestol nya dan hendak menembak lelaki biadab itu. Tapi meskipun kemarahan menguasainya, ia hanya menembak lampu dibelakang tubuh Mark. Sehingga pecahannya membuat Mark meringis kesakitan.
Laela menghampiri tubuh Luna yang tak berdaya, dipangkunya kepala adiknya itu. Darah, merah begitu pekat mengotori tangannya. Dan Laela mulai terisak menangis. Luna sudah tidak bernyawa.
Laela kemudian menghampiri kembali Mark lelaki itu sedang menelpon entah siapa. Laelamenodongkan pistol ke kepala Mark, ia benci, marah dan sedih karean Mark telah berbuat kejam kepada keluarganya, terutama kepada adiknya, Luna. Laela terisak menangis.Tapi walaupun amarah menguasainya Laela tak mampu sedikitpun menarik pelatuknya. Tangannya gemetar. Kemudian Laela membuang pistolnya, dan berlari. Berlari dari lelaki iblis itu. Ia ketakuan.

Kemudian para polisi datang, Mark berlagak seperti seorang ayah baik hati dan membuat pengakuan kejam. Mark membuat Laela menjadi tersangka sebagai pembunuh adiknya sendiri, dan Laela kemudiaan melukai Mark. Mark , menuduh Laela sakit jiwa. Dan para polisi mempercayainya begitu saja. Bukti-bukti memojakan Laela. Pistol yang ia gunakan untuk mempertahankan dirinya dari Mark yang kesetanan, malah menjadi bukti atas tuduhan Mark yang tidak benar.
Laela pasrah tak melawan. Semua kejadian yang menimpanya membuatnya trauma. Ia sudah lelah. Kemudian Laela merasakan sengatan tajam jarum suntik ditangannya, lalu dengan perlahan kesadarannya mulai sirna. Semuanya menjadi sangat ringan.

Gadis cantik berambut pirang tertidur dengan nyaman. Tak tahu bahaya apa yang akan menantinya.yah seakan gadis pirang itu benar-benar membutuhkan istirahat yang panjang untuk menghadapi pertarungannya. Sang ayah tiri dengan santai melajukan mobil mewah keluarga Vanhouten. Mobil keluaran terbaru itu membelah jalan panjang dan membawa sang pengemudi kesuatu tempat. Rumah sakit jiwa.

Dengan teganya, setelah mobil berwarna hitam itu berhenti sang ayah langsung menyuruh petugas rumah sakit menyeret gadis pirang itu. Karena dibangunkan secara tiba-tiba dan langsung di seret membuat Laila tak mampu mengendalikan diri dan akhirnya terjatuh. Kakinya sakit, tapi cengkraman ditangannya menyuruhnya cepat bangun dan berjalan kembali. Apa yang akan Mark rencanakan? Sungguh biadab.

Salah satu lelaki yang Menyeret Laela membunyikan bel setelah mereka sampai disebuah ruangan, seperti ruang resepsionis. Dari seragam mereka dapat dikenali bahwa mereka seorang perawat. Mark segera mengisi sesuatu di kertas yang diberikan seorang suster. Tak banyak bicara, suster itu mengambil kembali kertas itu dari Mark. Kemudian datang lima orang laki-laki dengan seragam sama putih seperti dua orang yang menyeretnya. Satu orang ditengah tampak berbeda, sepertinya pimpinan rumah sakit disini. Kemudin membawa Laela, memberikannya sebuah baju yang terlihat cukup kumuh.Mereka terus berjalan, tapi sepenglihatan Laela jalan-jalan dan ruangan mereka sangat dijaga ketat. Mereka akan menemui penjaga yang akan membukakan kunci pintu untuk masuk kedalam. Penjagaan diirumah sakit jiwa ini hampir sama ketatnya seperti sel tempat narapidana terburuk di AS. Sungguh mengejutkan. Bahkan Laela bisa melihat didinding tembok itu tertempel sebuah peta, Ia  bisa melihat peta lokasi rumah sakit jiwa ini yang sangat rumit. Jika mereka ingin keluar tanpa peta itu pastinya mereka akan tersesat dan akhirnya tertangkap dengan mudah.

Marcus Cho seorang bangsawan berhati iblis. kehidupannya yang kelam dimasa lalu menjadikannya tak berperasaan dan jahat. ia dikenal sebagai salah satu bangsawan kaya raya di AS. Tidak ada yang tahu masa lalunya. Tetapi banyak orang yang percaya akan kedok kebaikannya. Dia merupakan pendiri rumah sakit jiwa terbesar di AS. Rumah sakit jiwa itu ia bangun secara percuma dan gratis bagi siapapun yang ingin memasukan salah satu keluarganya yang gila ke rumah sakit ini. Syangnya itu bukanlah rumah sakit biasa, melainkan rumah bagi orang-orang terbuang yang tidak diinginkan seperti Laela. Dan bagaimanakah jika seorang Laela yang putus asa bertemu dengan Marcus Cho dengan segudang kejahatannya? 


tobecontinued...


Cerita ini terinsfirasi dari sebuah pilm, sayangnya pilm itu tidak sempat aku tonton sampai tamat, karena vidionya keburu mati duluan -_-




Kisah Nyai Roro Kidul

Posted on Agustus 02, 2015 In:


Pada zaman dahulu kala tinggalah seorang gadis yang sangat cantik. Gadis cantik itu bernama Putri Kandita, Seorang Putri dari kerajaan Pakuan Pajajaran. Kecantikannya yang sangat mempesona membuat Putri Kandita begitu banyak mendapat perhatian didalam istana. Ayahnya seorang Raja dari kerajaan Pakuan Pajajaran. Ibunya seorang permaisuri tercantik di istana. Namun, ketika putri kandita lahir dan tumbuh menjadi gadis dewasa, kecantikannya melebihi kecantikan sang ibu, Permaisuri Kinasih. Karena kecantikannya itu pula Putri Kandita menjadi putri kesayangan prabu Siliwangi. Ayahnya akan selalu memberi perhatian yang lebih besar terhadap Putri kandita dibanding putra-putrinya yang lain. Walaupun menjadi anak kesayangan Prabu Siliwangi, Putri Kandita tidak merasa besar kepala. Putri kandita sangat menyayangi semua keluarganya. Termasuk ibu dan saudara-saudara tirinya.
Pada suatu hari Putri Kandita sedang menghabiskan waktu bersama Prabu Siliwangi dan Permaisuri Kinasih. Disebuah taman belakang istana, mereka terlihat sangat akrab. Biasanya keluarga kerajaan tidak mempunyai banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga. Tetapi sesibuk apapun prabu siliwangi mengatur dan memimpin kerajaan, ia akan selalu menyempatkan waktu luangnya agar bisa berkumpul bersama Putrinya yang cantik dan Permaisurinya. Para Prajurit yang berjaga pun seakan terhanyut menikmati momen berbagi kasih sang Raja dengan keluarganya. Mereka semua tertawa bersama, tetapi dibalik semak-semak disamping taman itu, ada beberapa orang yang menampilkan raut wajah tidak suka melihat kebahagiaan sang Putri. Mereka adalah para selir Prabu Siliwangi yang merasa cemburu dengan kasih sayang yang dilimpahkan Prabu Siliwangi untuk Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih.
Suara hening dan kegelapan yang begitu pekat menandakan waktu telah menunjukan tengah malam. Suara aungan binatang buas sayup-sayup terdengar dari luar istana. Ketika semua orang telah tertidur nyenyak dikasur mereka, tidak begitu dengan para selir Prabu Siliwangi yang masih terjaga didalam kamar salah seorang selir. Mereka sedang berembuk merencanakan sesuatu yang jahat untuk menyingkirkan Putri Kandita  dan Permaisuri Kinasih dari lingkungan Istana Pakuan Pajajaran. Setelah semuanya sepakat, kemudian pergilah kedua selir Prabu Siliwangi bersama seorang Prajurit istana menuju suatu tempat.
Tempat tersebut adalah sebuah gubuk kecil ditengah hutan milik seorang Dukun. Dukun yang terkenal dengan ilmu hitamnya yang sangat skati. Dukun itu akan memuluskan rencana para selir yang sudah tak sabar melihat Permaisuri Kinasih dan Putri Kandita menderita.
Akhirnya kedua Selir dan Prajurit itu telah sampai di Gubuk sang Dukun. Letaknya berada dibelakang sebuah pohon Mahoni besar dan menjulang tinggi, tepat berada disebelah curug. Tanpa ragu ketiga orang itu pun memasuki gubuk sang Dukun yang sudah siap menyambut kedatangan mereka.
“Apa yang bisa aku lakukan untuk membantu kalian?” tanya sang dukun yang sedang membersihkan sebuah keris. Tangannya terus bergerak mengelap sebuah keris dengan kain putih.
“Duduklah!” perintah sang Dukun kepada ketiga orang tamunya.
“Mbah saya ingin membuat Permaisuri Kinasih dan anaknya Putri Kandita diusir dari istana!” jawab salah seorang selir yang terlihat lebih tua. Selir itu benama Buyung, selir tertua Prabu Siliwangi.
“Ia Mbah, tapi jangan buat mereka langsung mati. Buat dulu agar Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih menderita, supaya kami puas! dan jangan sampai menimbulkan kecurigaan Mbah.” timpal seorang selir yang lebih muda. Selir Melati menyeringai karena membayangkan penderitaan yang akan dialami Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih.
“Baik jika itu mau kalian. Aku akan membuat Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih menderita penyakit Borok yang sangat menjijikan, sehingga tidak akan ada yang curiga jika itu adalah hasil dari ilmu hitam untuk menyingkirkan mereka.” sang Dukun memberikan keputusan ilmu hitam apa yang akan digunakannya.
“Ia Mbah, lakukan segera! lebih cepat lebih baik. Kami ingin mereka segera di usir dari istana” lanjut selir Buyung. Hatinya sudah mengeras dibutakan oleh rasa iri dan benci sehingga tidak ada sedikitpun keraguannya untuk membuat sang anak tiri menderita. Sebelum fajar tiba menghiasi langit, Kedua selir dan Perajurit itu kembali ke istana tanpa diketahui siapa pun. Kecuali Tuhan yang selalu mengawasi tindakan  mereka.
Matahari baru saja menampakan sinarnya, mengintip dari kaca jendela. Para pelayan istana tengah sibuk menjalankan  semua tugas yang harus segera mereka selesaikan. Seorang pelayan masuk ke kamar putri Kandita untuk membangunkannya. Tapi betapa terkejutnya, sang pelayan langsung berteriak sehingga membuat Putri Kandita terbangun. Paras Putri Kandita yang semula mulus dan bersih dipenuhi luka borok bernanah dan mengeluarkan bau anyir.
“Ada apa Bi Mi?” tanya suara lemah-lembut itu. Yang dipanggil Bi Mi itu adalah seorang pelayan kepercayaan Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih. Bi mi langsung menutup hidung dan mencari sebuah kaca untuk diberikan kepada sang Putri.
“Putri lihatlah wajahmu kenapa jadi seperti ini, nak?” tanya Bi Mi, tak mengerti dengan penyakit yang tiba-tiba muncul di sekujur tubuh Putri Kandita.
“Oh Tuhan! kenapa wajahku penuh dengan luka Bi? Kenapa jadi seperti ini?” saking ngerinya Putri Kandita tak sadar telah melepaskan kaca yang berada ditangannya. Bunyi kaca yang pecah membuat permaisuri Kinasih terbangun dari tidurnya. Pemaisuri kemudian mendatangi kamar sang Putri yang terletak disebelah kamarnya.
“Ada apa Putri? Kenapa terde...” belum sempat menyelesaikan ucapannya. Permaisuri kinasih langsung terdiam ketika melihat wajah putri Kandita yang sedang dipeluk Bi Mi. Seakan tersadar permaisuri pun replek menangkup wajahnya sendiri dan dengan begitu luka diwajahnya dapat ia rasakan.
“Yang mulia wajah anda juga penuh dengan luka? Penyakit apakah yang putri dan Anda derita? Tuhan semoga Anda dan Putri lekas diberi kesembuhan.” Bi Mi melihat ke arah Permaisuri yang berdiri mematung.
“Ibunda penyakit apakah yang menimpa kita? Bisakah disembuhkan?” pertanyaan Putri Kandita menyadarkan Permaisuri Kinasih dari kekagetannya. Kemudian Ia menghampiri sang Putri dan ikut memeluknya, ingin menenangkan sang Putri dan juga dirinya sendiri.
Berita tentang Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih yang mederita penyakit borok telah menyebar didalam istana. Prabu Siliwangi telah melihatnya sendiri dan ia sangat sedih dengan penyakit yang diderita Putri dan Permaisurinya itu. Berbagai cara telah Prabu Siliwangi uahakan untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Mulai dari mendatangkan tabib-tabib terkemuka, sampai mendatangkan orang pintar pun sudah Prabu Siliwangi lakukan. Tetapi Putri dan Permaisurinya belum juga sembuh dan penyakitnya itu semakin lama semakin parah. Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih hanya bisa berbaring diranjang karena merasakan sakit perih akibat luka borok disekujur tubuh mereka.
Para selir tidak tinggal diam melihat penderitaan yang dialami sang Putri. Mereka memanfaatkan keadaan itu dengan menyebarkan fitnah untuk menambah penderitaan sang Putri. Mereka mengutus prajurit terpercaya untuk menyebarkan berita jelek tentang penyakit Permaisuri Kinasih dan Putri kandita. Kemudian para selir itu mendesak agar sang Raja mengusir Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih dari lingkungan istana. Para selir beralasan bahwa penyakit itu akan membawa dampak yang buruk bagi istana. Mereka takut tertular penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
“Aku sebagai Raja Pakuan Pajajaran, tidak akan mengusir putri Kandita dan Permaisuri Kinasih dari lingkungan istana! Tetapi mengingat penyakit yang diderita mereka, maka Aku akan memindahkan tempat tinggal mereka ke Papiliun terakhir selama menjalani pengobatan. Dan jika terbukti penyakit itu menular barulah Aku akan mengusir putri Kandita dan Permaisuri Kinasih dari istana.” tegas sang Raja kepada para selir dan juga anak-anaknya yang lain. Prabu siliwangi sangat menyayangkan dengan sikap para selirnya yang seakan ingin menyingkirkan kedua orang yang sangat disayanginya. Ia belum menemui lagi Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih, Karena dilarang para sesepuh kerajaan yang khawatir dirinya tertular  penyakit.
Karena tidak merasa puas dengan keputusan sang Raja, Selir Melati pun kembali menemui sang Dukun. Ia meminta agar salah seorang pelayan yang setia melayani Permaisuri Kinasih dan Putri Kandita juga ikut menderita penyakit yang sama, sehingga membuktikan bahwa penyakit itu menular dan berbahaya. Kemudian pada akhirnya Prabu Siliwangi tidak punya pilihan untuk tidak mengusir  Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih dari istana.
Ketika seorang pelayan meninggal karena penyakit borok seperti penyakit yang diderita oleh permaisuri dan putri kandita, para selir menuduh Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih yang menularkan penyakit itu. Semua orang didalam istana terpengaruhi kata-kata para selir pada akhirnya dengan kasar para perajurit mengusir Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih dari dalam istana. Tanpa arah dan tujuan sang ibu dan anak itu pun pergi dari istana tanpa membawa apapun. Prabu Siliwangi merasa sangat bersalah ketika melihat kedua orang yang disayanginya pergi meninggalkan istana.
Seakan tak lelah matahari di cakrawala masih terik menyinari bumi. Ketika dilihatnya sang Ibu sudah berjalan sempoyongan karena terlalu lelah. Putri Kandita pun mencari tempat yang nyaman untuk mereka berteduh. Kemudian Ia melihat sebuah Saung kecil didekat pesawahan, ia pun mengajak sang Ibu beristirahat sejenak disana. Perutnya sudah mulai lapar karena belum terisi makanan, begitu juga dengan Ibunya yang sudah terlihat pucat, pasti juga lapar. Putri Kandita berjalan ke depan pancuran kecil yang biasanya digunakan Petani untuk mengaliri sawah. Ia memetik setangkai daun Talas sebagai wadah air untuk tempat minum Ibunya. Sang Putri meminum air dari pancuran secara langsung dan menampung air itu dengan daun talas untuk sang ibu yang sedang berbaring di Saung.
“Ibu minumlah dulu, ibu pasti haus. Aku juga telah meminumnya tadi. Semoga saja nanti diperjalanan kita menemukan makanan.” ibunya tidak menjawab. Hanya duduk,  kemudian meminum air yang disodorkan anaknya.
Tiba-tiba datanglah seorang petani ke saung tempat Putri Kandita dan ibunya beristirahat. Ia adalah pemilik saung yang akan bekerja di Sawah. Karena merasa jijik dan takut tertular penyakit yang sama dengan kedua orang yang dilihat nya, sang petani pun segera mengusir mereka. Pada akhirnya Putri Kandita dan ibunya terpaksa kembali meneruskan perjalanan ke sebuah hutan.
Semakin lama Putri Kandita dan Ibunya berjalan, maka semakin masuklah mereka ke dalam sebuah hutan yang lebat. Disana banyak terdapat pohon-pohon yang besar dan tinggi menjulang. Rasa lelah dan lapar kembali memaksa Putri Kandita dan ibunya untuk berhenti. Mereka beristirahat di dekat pohon besar yang teduh. Putri Kandita akan pergi mencari tanaman yang bisa dimakan. Atau jika beruntung, ia akan menemukan buah-buahan atau umbi-umbian.
 Beberapa saat kemudian putri kandita kembali ke pohon besar dimana ibunya beristirahat. Tadi Putri Kandita menemukan pohon pisang yang kebetulan buahnya telah matang, juga berhasil mengumpulkan umbi jalar yang ditemukannya. Dilihatnya, Sang ibu sedang bersandar kesebuah pohon besar ketika ia datang. Ia pun menyerahkan makanan itu kepada ibunya, lalu mereka makan bersama. Ketika melihat ibunya yang semakin lemah Putri Kandita merasa khawatir, hatinya juga merasa sedih dengan kehidupan yang dialaminya sekarang.
Lembayung mulai menguning pertanda bahwa sang malam sebentar lagi akan tiba. Putri Kandita segera mencari tempat yang lebih aman untuk ia dan ibunya beristirahat. Berlindung dari hujan yang mungkin saja turun, serta hewan-hewan buas yang sedang berburu, mencari makananan pada malam hari. Mereka meneruskan perjalanan kembali menuju ke tengah hutan. Putri kandita bisa lega ketika menemukan sebuah gubuk yang terletak di dekat Curug. Ia dan ibunya bisa tidur dan beristirahat didalam gubuk itu. Putri kandita sangat bersyukur apalagi gubuk itu dekat dengan sumber mata air sehingga mereka hanya perlu mencari makanan, karena air untuk minum sudah tersedia dari Curug.
Beberapa hari hujan selalu turun di hutan, hari ini pun langit terlihat berawan hitam. Pagi-pagi sekali Putri Kandita pergi dari gubuk untuk mencari makanan. Setelah mengumpulkan apa yang dapat di makan dari hutan, Putri Kandita pun memutuskan untuk pulang. Tadi karena ibunya masih tertidur sehingga ia tak tega membangunkannya untuk meminta ijin. Putri Kandita  menghampiri ibu nya yang masih berbaring. Dilihatnya sang ibu masih tertidur,  wajahnya yang penuh luka borok tidak menyembunyikan paras pucatnya. Karena curiga Putri Kandita pun memeriksa napas sang ibu. Betapa terkejutnya ketika ia tahu bahwa ibunya itu sudaha tidak bernapas, ibunya sudah tidak bernyawa lagi. Putri Kandita menangisi kepergian sang ibu yang selalu menemaninya itu. Mungkin dengan kematian ibunya tidak akan menderita lagi. Putri Kandita menjadi lebih tenang walaupun didalam hatinya tetap merasakan sedih karena harus ditinggalkan sang ibu untuk selamanya.
Setelah kematian ibunya, Putri Kandita kembali meneruskan perjalanan. Ia telah memutuskan untuk menjadi seorang pengembara. Tujuannya mungkin ada di ujung sungai ini. Ia terus berjalan menyusuri sungai yang mengalir dari curug. Sejenak Putri kandita beristirahat didedekat sebuah kubangan air yang terdapat di aliran sungai itu. Karena haus yang dirasakannya, Ia pun meminun air sepuas-puasnya dari kubangan air tersebut, dirasakannya rasa hangat menjalar di sekujur tubuhnya. Tidak lama kemudian, ia merendamkan dirinya ke dalam air sungai itu. Setelah merasa puas berendam di sungai itu, Putri Kandita merasakan bahwa tubuhnya kini mulai nyaman dan segar. Rasa sakit akibat penyakit boroknya itu tidak terlalu menyiksa dirinya. Kemudian datanglah seorang kakek tua dari arah selatan. Kakek tua itu memberitahu Putri Kandita untuk terus mengikuti aliran sungai.
“Jika kau ingin sembuh dan menjadi kuat. Ikutilah aliran sungai ini.” Kata sang Kakek misterius. Ketika Putri Kandita mengedipkan matanya sang Kakek telah hilang dari penglihatannya.
Setelah selesai mandi, Putri Kandita segera melanjutkan kembali perjalanannya mengikuti aliran air sungai menuju ke arah hulu. Ia akan mengikuti nasehat sang Kakek, mungkin itulah petunjuk untuk jalan kehidupannya. Setelah lama berjalan mengikuti aliran sungai itu, ia menemukan beberapa mata air yang menyembur sangat deras sehingga semburan mata air itu melebihi tinggi tubuhnya. Akhirnya putri kandita memutuskan untuk menetap di dekat sumber air panas itu. Dalam kesendiriannya, ia kemudian bertemu lagi dengan sang Kakek misterius. Kakek itu mengajarkan ilmu kanuragan kepada Putri Kandita. Selama itu pula, Putri Kandita mengolah ilmu kanuragannya, serta menyempatkan mandi dan berendam di sungai itu. Tanpa disadarinya, secara berangsur-angsur penyakit yang menghinggapi tubuhnya menjadi hilang.
Setelah sembuh, Putri Kandita meneruskan pengembaraan dengan mengikuti aliran sungai ke arah hilir, berjalan dan terus berjalan. Ia sangat terpesona ketika tiba di muara sungai dan disana terdapat lautan yang luas. Oleh karena itu, Putri Kandita memutuskan untuk menetap di tepi laut selatan wilayah Pakuan Pajajaran. Disana juga Putri Kandita kembali bertemu dengan sang Kakek Misterius.
“Kau akan menjadi kuat jika menjadi muridku. Berlatihlah ilmu bela diri agar Kau dapat melindungi dirimu sendiri dan orang lain.” Kata Kakek itu. Putri Kandita sebelumnya juga telah berlatih ilmu kanuragan yang di ajarkan Kakek tersebeut. Sampai akhirnya ia menjadi sembuh.
“Kakek angkatlah Aku menjadi muridmu!” jawab Putri Kandita dengan penuh semangat.
Kemudian Putri Kandita berguru kepada kakek misterius itu yang ternyata sangat sakti. Gurunya yang sakti inilah yang mengajarkan ilmu bela diri serta mengajarkannya bertapa untuk meningkatkan ilmu kanuragannya.
 Setelah beberapa lama Putri Kandita berlatih dengan gurunya. Ia kini menjadi wanita yang sakti. Parasnya yang cantik membuatnya dikenal sebagai wanita yang cantik dan sakti. Kemudian orang-orang disekitar sana banyak yang mengenal dan menyukainya. Mulai dari sana kecantikan dan kesaktiannya membawa namanya dikenal luas ke berbagai kerajaan yang ada di Pulau Jawa.
Karena kecantikan dan kesaktiannya itu pula banyak pangeran muda dari berbagai kerajaan ingin mempersunting dirinya. Menghadapi para pelamar itu, Putri Kandita membuat beberapa persyaratan agar dapat menjadi suaminya. Ia bersedia dipersunting oleh seorang pangeran, asalkan sang pangeran harus sanggup mengalahkan kesaktiannya termasuk bertempur di atas gelombang laut yang ada di selatan Pulau Jawa. Sebaliknya, kalau tidak berhasil memenangkan adu kesaktian itu, mereka harus menjadi pengiringnya.
“Aku akan bersedia dipersunting oleh pangeran asalkan Anda sanggup mengalahkan kesaktian Saya termasuk bertempur di atas gelombang laut yang ada di selatan Pulau Jawa.” Kata Putri Kandita dengan percaya diri.
“Baiklah Putri Kandita. Lalu bagaimana jika kami tidak berhasil mengalahkan kesaktian Anda Putri?” tanya salah seorang Pangeran.
“Sebaliknya, jika Pangeran tidak berhasil memenangkan adu kesaktian dengan Saya, maka Anda harus menjadi pengiring Saya.” Jelas Putri Kandita kemudian. Setelah penjelasan itu, para Pangeran segera bertarung melawan Putri Kandita di atas gelombang pantai laut selatan. Mereka tentu saja ingin memenangkan pertarungan itu agar dapat mempersunting sang Putri.
Para pangeran sakti yang ingin mempersunting Putri Kandita datang silih berganti. Walau begitu, belum ada yang berhasil memenuhi persyaratan yang Ia ajukan. Dari sekian banyak pangeran yang beradu kesaktian dengannya, tidak ada seorang pangeran pun yang mampu mengalahkan kesaktiannya dan tidak ada pula yang mampu bertarung di atas gelombang laut selatan.
Oleh karena itu, Seluruh Pangeran yang datang ke laut selatan tidak ada yang menjadi suaminya, melainkan semuanya menjadi pengiring Sang Putri. Kesaktiannya mengalahkan para pangeran itu dan kemampuannya menguasai ombak laut selatan menyebabkan ia mendapat gelar Kanjeng Ratu Nyai Roro Kidul yang artinya, Ratu Penguasa laut Selatan.
Di dalam istana terjadi kegemparan karena para seli Prabu Siliwangi mengalami penyakit borok yang menjijikan. Penyakit itu mengingatkan semua orang kepada dua nama yang telah mereka lupakan, Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih. Penyakit kutukan yang diderita para Selir itu sangat parah sehingga membuat mereka mati seketika.
Datanglah seorang Prajurit kehadapan sang Raja Pakuan Pajajaran. Ia bersaksi bahwa dulu para selir menggunakan ilmu hitam untuk menyingkirkan Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih dari dalam lingkungan istana. Dengan pengakuan itu Prabu Siliwangi mengetahui kebenaran tentang penyakit yang tidak dapat disembuhkan itu. Ia sangat murka terhadap semua selirnya, Prabu Siliwangi sangat ingin menghukum kejahatan mereka. Namun, Tuhan telah terlebih dahulu menjemput ajal para selir itu. Mereka telah mendapatkan balasan yang setimpal dengan apa yang telah mereka lakukan.
Prabu Siliwangi segera mengerahkan pasukannya untuk mencari keberadaan Putri Kandita dan Permaisuri Kinasih. Tapi setelah sekian lama mencari kedua orang yang sangat dirindukannya itu, ia belum juga berhasil menemukan mereka. Sampai akhirnya seorang Prajurit menemukan sebuah makam yang berada di tengah hutan.


Lala, Layu sebelum berbunga.

Posted on Agustus 02, 2015 In:



Dulu Dia adalah gadis cantik yang menggemaskan,penuh keceriaan tapi terkadang menyebalkan. Setiap kali aku berkunjung kerumah mamanya Dia selalu minta aku gendong padahal tubuhnya cukup berat dan membuatku kewalahan menggendongnya di punggung kecilku yang saat itu berumur 6 tahun, sedangkan Dia berumur 3 tahun waktu itu. Gadis itu bernama Lala Dia adalah keponakanku.
Hari itu sungguh melelahkan, Aku baru saja pulang sekolah MA yang letaknya tidak jauh dari rumah. Karena sekolah MA ku masuk pada siang hari sekitar pukul 13.00 makanya pada sore hari aku baru pulang, terkadang adzan magrib aku masih di sekolah. Entah itu pergi keperpustakaan dulu atau ada rapat  OSIS yang  harus di hadiri. Ketika aku sampai dirumah aku langsung menyimpan sepatuku ke rak. Tak lupa mengucapkan salam pada umi dan bapak
“assalamu’allaikum” ucapku yang langsung pergi ke kamar
“waalaikumsalam” terdengar jawaban dari ruang keluarga,karena letak kamarku di bagian paling depan rumah sehingga aku tidak langsung pergi ke ruang keluarga,tapi hendak berganti pakaian terlebih dahulu. Sesampainya di kamar ternyata ada sepupuku Lala yang sedang duduk di kasur.
“Ka  ko ada disini? Oh ia gimana kabarnya?” sapaku pada Lala yang biasanya akupanggil Kaka,karena Dia anak dari kaka ayah ku. Kalau orang sundamah manggil nya ua, nah ke anak ua ini yang haus kita panggil teteh, tapi yah kemauan Lala sendiri pengen dipanggil Kaka.
“alhamdulillah baik de” katanya sambil tersenyum, tapi kemudian Lala malah mengunci pintu kamar Ku, sontak saja membuatku sedikit heran.
Kemudian Dia menjelaskan kepadaku kenaapa Lala mengunci kamar karena Dia ingin curhat sesuatu yang penting.
“De kaka hamil”ucapnya lirih, pandanganku langsung tertuju pada Lala seolah takpercaya dan ingin meyakinkan ucapan itu. Hatiku begitu sakit entah kenapa, Hamil? Mana mungkin gadis kecil itu sudah melakukannya, Lala kenapa? Apa yang terjadi? Hatiku bertanya-tanya dan tak terasa air mataku mengalir tak bisa ditahan.
“kenapa?apa yang terjadi La?” tanyaku pelan karena takut terdengar oleh orang rumah
“Kaka ga sadar de,tau tau pas bangun kaka udah ga pake baju dan...ada darah”
“siapa yang melakukannya ka?terus kenapa kaka sampai ga sadar?” pikiranku terus berputar, berbagai pertanyaan yang belum terjawab,rasa kecewa,kasian,benci entah mengapa menguasai hatiku,mendengar ka Hamil? Bagai mimpi di siang bolong,bagai menonton pilm sinetron TV yang menceritakan tentang pergaulan bebas...dan sekarang di dunia nyata, benar-benar terjadi.oh ya Allah apakah ini akibat perceraian kedua orang tuanya. Akibat kelalaian kami sebagai keluarga nya yang tidak mampu mendidiknya,tapi sebisa mungkin kami selalu bertegur sapa aku pun suka menasehatinya agar selalu sabar kendati kedua orang tua Lala memutuskan untuk bercerai jangan biarkan tragedi itu membuat Lala menjadi hancur malah harus menunjukan kepada mereka bahwa Lala kuat,dan capai cita-cita setinggi mungkin agar mereka bisa bangga. Tapi nasi sudah menjadi bubur,  tak pernah terbayangkan namun memang sudah di wanti-wanti kalau Lala tidak boleh main dengan sembarangan orang, kedua orang tua ku juga selalu memberinya nasehat agar tidak main malam-malam tapi Lala tetap saja terbawa teman-teman nakal nya yang malah menjerumuskannya. Hingga sekarang Dia hamil ! innalillahi musibah memang datang nya tak terduga dan tak diinginkan.
Setelah  curhat yang sangat mengejutkan itu akumenjadi khawatir sekaligus bimbang karena Lala meminta  agar akutidak memberitahukan keadaan nya pada kedua orang tua ku,apalagi kepada ayahnya, karena ibu Lala sekarang sedang berada di Malaysia menjadi TKW. Aku menjadi miris memikirkan Lala kecil dulu dan sekarang.

Aku berusha sebaik mungkin menyembunyikan rahasia kehamilan Lala kepada umi dan bapak. Lala menunjukan tanda-tanda ngidamnya pada ku dia meminta dimasakan mie telor untuk makan siangnya tidak mau makanan lain. Aku berusaha memenuhi  keinginannya dengan senang hati walau hatiku masih tidak tenang dan selalu merasa kasihan dengan kehidupan malang sepupuku itu. Dulu ia ingin bersekolah di MTs yang sama seperti ku, dia ingin berprestasi sepertiku katanya, dia ingin bisa meraih juara kelas. Semangatnya itu yang membuatku semakin menyesali keadaan, kalau saja dulu aku mempertahankan Lala dirumah umi dan bapak pasti kejadiannya berbeda,tapi dulu ayah Lala bersikeras ingin merawaat Lala dirumahnya sendiri,dia baru saja bercerai dengan mama Lala dan ketika melihat di rumah tidak ada siapapun itu membuatnya kesepian ceritanya pada umi ketika menjemput Lala. Sebenarnya bukan hanya Lala anaknya, ada juga kaka Lala Teh Erni, dan adik Lala Mira. Tapi mereka sudah tidak ada di Bandung,Teh Erni yang sudah bersuami tinggal di Sukabumi dan sang adik Mirna yang masih kecil diasuh nenek dan kakek di Pelabuhan Ratu.
Hari itu juga Lala minta diantar ke apotek, dia menyerahkan uang sepuluh ribu rupiah padaku. Aku bingung bukannya dia bilang sudah hamil lalu kenapa harus beli test peck lagi?
“ka bukannya kaka udah hamil masa beli test peck lagi,buat apa?” tanyaku sambil mengambil uang nya,lalu kami berangkat naik motor minta diantar adikku Rangga.
“yah dek,buat mastiin aja lagi soalnya takut salah test peck  nya yang kemarin mah” jawabnya sambil nyengir. Kami naik motor bertiga kemudian berhenti di depan apotek di depan jalan raya. Sebenarnya agak was-was juga buat beli test peck masalnya itu kan alat buat test kehamilan,semua orang juga tahu dan kalau yang belinya anak ABG sepertiku pasti penjaga apotek akan berpikir yang aneh-aneh? Tapi yasudahlah mengingat sepupuku aku menjadi kasian. Tanpa ragu aku masuk mendorong pintu apotik itu yang cukup berat.
“mba ada test pecknya?” sapaku kemudian tersenyum bersikap seperti biasa,polos dan memang test pecknya bukan buatku tapi sepupuku yang lagi menunggu didepan apotik.
“ada mau yang bagus atau biasa?eh tapi yang biasa sudah abis?” mba penjaga apotik berhijab membawa sekotak test peck berwana pink.
“oh yaudah yang itu aja mba,berapa?”tanyaku,keemudian datang mba yang satunya lagi bersama mas-mas mereka menatapku seolah merasa kasian dan bertanya.
“kalau yang bagus ini harganya enam belas ribu dek,oh ia tau ga cara pakainya?” tanyanya yang kemudian membuatku khawatir dan langsung menjelaskan.
“oh ini buat mama ko mba,eh tapi emang gimana caranya?takutnya mama juga belum tau caranya”jawabku gugup, ya Allah memang test peck nya bukan buatku kan. Si mba nya menjelaskan sesekali si mas nya juga menambahkan penjelasan si mba berhijab. Aku merasa sudah resah rasanya ingin cepat pergi saja,meskipun aku sudah bilang test peck nya buat mama alias umi tapi bisa aja mereka ga percaya dan menganganggapku gadis malang. Oh aku melihat itu dari pancaran mata mereka...Rara stop menebak-nebak jalan pikiran orang lain,hah biarlah,aku rela.

Setelah membeli test peck yang tidak menyenangkan itu kami pulang kerumah. Sorenya Lala memintaku menemaninya kerumah seorang teman yang ia titipi baju,jadi Lala suka tidur dirumah orang lain,yah meskipun itu temannya, tapi ini menyimpan pakaian cukup banyak disana?bukannya pasti Lala sering menginap.Lala janjian sama temannya di depan sebuah sekolah yang aku ketahui itu sekolahan elit disekitar kota ku. Sekolah itu mempunyai lapangan yang cukup luas dan ketika kami berdua datang banyak anak laki-laki yang sedang main bola. kami masuk gerbang,meskipun hatiku sedikit was-was karena tidak terbiasa dengan anak laki-laki apalagi disana tidak ada mahluk berjenis kelamin wanita selain kami berdua.
Disana kami menunggu teman Lala yang akan mengantarkan baju, beberapa teman Lala yang tadi main bola mendatangi kami, ada juga yang mengajaku berkenalan. Tapi bukannya senang aku malah tidak suka pasalnya mereka itu sudah pasti anak-anak nakal yang ikut membuat Lala jadi nakal. Aku tak habis pikir kenapa Lala mempunyai teman yang kebanyakan laki-laki,betah main sama mereka padahal kan biasanya perempuan yah pasti main sama perempuan juga soalnya pasti sehati dalam kesukaan maupun curhat tentang masalah yang di hadapi.
Malamnya Lala mengajaku pergi untuk menemui pacar yang telah menodai,betapa aku sangat tidak menyukai laki-laki itu,bertubuh tinggi dengan kulit agak gelap. Dia datang bersama temannya. Sebenarnya aku sangat malas pergi apalagi mala-malam yang notabennya aku tidak suka keluar malam. Alasannya Lala meyakinkannku untuk ikut karena butuh bantuan ingin meminta pertanggung jawaban cowok itu. Padahal pas udah berhadapan sama cowok itu tak tau kenapa Lala malah bungkam,tidak berbicara soal bayi dikandungannya. Sangat membuatku jengkel.

Keesokan harinya aku memutuskan untuk memberi tahu umi dan bapak soal kehamilan Lala. Aku takut disalahkan karena tidak memberi tahu mereka kalau sampai Lala kenapa-kenapa,karena aku pernah mendengar Lala menelpon seorang temannya dan bertanya bagaimana cara untuk menggugurkan bayi. Setelah mendengar itu aku menjadi khawatir dan ingin memberi tahu keluargaku.
Akibatnya Lala menjadi marah karena umi,bapak dan ayahnya tahu. Lala terus mengelak kalau Dia tidak hamil . Aku langsung bengong,jadi selama ini dia membohongiku tentang kehamilannya,membongi teman-teman yang Dia telepon untuk bisa menggugurkan bayinya? itu semua tidak benar. Marah.itulah yang kurasakan,tapi aku juga lega berarti Lala tidak akan mempunyai bayi diusia belia, 15 tahun. Setelaah itu aku ingin membenci Lala karena kebohongannya namun aku tidak bisa. Bagaimana pun Lala adalah saudaraku yang aku sayangi, tapientah apa yang ada di kepalanya tentang kebohongan itu. Aku hanya bisa husnudon.
Lala memang mengalami kejadian malam hilangnya keperawanan itu, tapi ia tidak hamil dan malah menuduhku berbohong. Sehingga nenek dan kakeku sampai menelpon untuk menanyakan kebenarannya. Dan aku hanya bisa menjawab dengan menceritakan semua curhatan Lala padaku. Terserah  mereka mau percaya atau tidak. Buat apa aku membuat cerita bohongkan? Apalagi untuk menjatuhkan dan menghina Lala. DIa adalah keponakan kecilku yang menggemaskan. Tapi hancur karena salah pergaulan, karena keluarganya yang tak utuh lagi dan karena kurangnya perhatian. Aku mengasihaninya untuk semua itu. Kita tak tahu nasib apa yang menanti kita dimasa depan. Akan seperti apa kita nanti? Walau nasib sudah ditentukan dan sudah ada yang mengatur. Namun ada baiknya kita selalu berusaha,bekerja keras dan berdo’a kepada yang Maha kuasa. Apa yang kita tanam sekarang itulah apa yang akan kita petik hasilnya kelak.

end.


Gelora Putih Abu-abu

Posted on Agustus 02, 2015 In:



Kabut tipis menyamarkan cahaya matahari pagi
Embun masih dalam posisi bertahan pada tangkai yang tertiup angin
Langkah penuh semangat menerjang ranting
Mencipratkan embun segar pada seragam putih abu-abu mereka

Kobaran mata yang penuh semangat
Membakar jiwa yang haus ilmu
Walau terkadang semuanya tak sama
Ada jiwa yang layu

Bagai matahari pagi
Sang guru mencerahkan pegetahuan
Tatkala bel istirahat berbunyi
Suara canda tawa bergema disepanjang kelas

Ada tatapan memuja seorang gadis
Pesona kecerdasan seorang lelaki muda
Ada benci juga rindu
Ada cinta dan harapan


Kampung halamanku Pelabuhan Ratu

Posted on Agustus 02, 2015 In:


Datangnya bulan puasa selalu membawa kebahagiaan dan keberkahan tersendiri untuk keluargaku. Kebahagiaan itu  tercipta tatkala kami pulang ke kampung halaman  di Pelabuhan Ratu. Biasanya kami akan pulang kampung setelah libur menjelang lebaran Idul Fitri. Sekitar dua minggu kami akan menikmati indahnya kampung halaman tercinta, yang selama dua tahun ini tidak kami kunjungi. Keluargaku asli orang Pelabuhan Ratu, baik Ayah maupun Ibu. Bedanya cuman nama kampungnya saja. Ayah yang  tinggal di kampung Cihaur, sedang ibu berasal dari kampung tetangga di Cicariang. Setelah Ayah dan Ibu menikah, Ayahku merantau ke Bandung bersama Paman. Karena ayahku bekerja di Bandung, jadi setelah Aku berusia 2 tahun kami menetap di Bandung.


Pelabuhan Ratu kampung halaman yang sangat ku cintai, keindahannya selalu aku rindukan. Disana juga tempat aku dilahirkan. Keindahan kampungku itu tak kalah dari indahnya Pangandaran yang sempat aku kunjungi saat perpisahan kelas XII Madrasah Aliyah. Hamparan pesawahan yang berjejer rapi, membuat mata tak ingin berpaling. Gunung yang menjulang tinggi dan besar selalu menjadi pemandangan yang tak pernah aku lewatkan ketika diperjalanan. Jendela bus selalu menjadi teman setia, ketakjubanku pada indahnya alam ciptaan Tuhan ini.




Selama liburan di Pelabuhan Ratu, kami sekeluarga akan tinggal dirumah nenek di Cihaur. Selain untuk liburan melepas penatnya rutinitas kota Bandung, alasan keluargaku mudik adalah  untuk bersilaturahmi mengunjungi sanak keluarga. Lebaran Idul Fitri menjadi lebih bermakna ketika kami berkumpul bersama. Biasanya setelah shalat Idul Fitri, kami akan bergiliran untuk menumpahkan segala isi hati. Saling bersalaman untuk memohon maaf atas segala kesalahan yang disadari maupun tidak disadari. Selaku manusia kami sadar  tidak luput dari khilap dan dosa.



Setelah lebaran, ceritanya liburan kali ini Aku memaksa Ayah pergi ke Pantai Karang Hawu bersama keluargaku. Pagi-pagi sekali rombongan keluargaku sudah berangkat. Biasanya kami mengendarai motor untuk pergi kesana. Pantai karang Hawu ini berlokasi di Teluk Pelabuhan Ratu, Kabupaten sukabumi. Pantai ini merupakan tempat wisata yang banyak dikunjungi. Nama Karang Hawu sendiri dipakai karena adanya batu karang yang menjorok ke laut dan berlubang pada bagian tertentu dan ada yang membentuk seperti ‘Tungku (dalam bahasa sunda disebut ‘Hawu’). 

   

Pantai ini sangat istimewa menurutku. Adakah yang pernah mendengar mitos tentang Penguasa Pantai Laut Selatan, kisah Nyai Roro Kidul? Kalau aku sendiri pernah membacanya waktu sekolah SD. Dan ternyata tempat kejadian dalam cerita itu ada di kampung halamanku.Tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri untukku selaku orang yang dilahirkan disana. Aku juga pernah melihat acara TV  yang menayangkan tentang kisah Nyai Roro Kidul ini. Jadi ceritanya tentang seorang putri yang sangat cantik, bernama putri Kandita dari kerajaan Pajajaran. Karena kecantikannya Ia sangat disayangi sang ayah yang seorang raja, dan karena kecantikannya pula Putri Kandita di guna-guna oleh para selir raja yang merasa iri. Kemudian sang putri diusir dari istana dan menjadi pengembara yang kuat. Sedikit yang bisa aku ceritakan. Cukup banyak teman-teman yang tertarik tentang kampung halamanku itu, khususnya tentang Karang Hawu yang konon merupakan singgasana Nyai Roro Kidul, sang penguasa laut selatan. Pada beberapa cekungan batu karang itu terdapat genangan air yang jernih. Ada beberapa orang yang kadang suka menyempatkan mandi di air tersebut, ada juga yang hanya sekedar membasuh muka dengan air itu, tak sedikit yang sengaja menampung air itu kedalam botol untuk dibawa. Aku sendiri tidak berani naik karang karena takut terjatuh dan menghabiskan waktu untuk mandi di pantai menikmati ombak yang akan selalu membawa tubuh kita ke tengah laut jika tidak berhati-hati, makanya kalau datang ombak aku selalu berlari kedekat batu karang untuk berpegangan. Kalau keluargaku biasanya mandinya cuman sebentar, kemudian menggelar tikar disisi pesisir yang banyak pohonnya untuk tempat makan-makan biar tidak kepanasan. Sebenarnya banyak hal menyenangkan yang bisa kita lakukan di pantai, seperti memancing, berenang, berselancar, berjemur atau hanya sekedar menikmati panorama alam dan deburan ombak yang menerjang tebing. Seperti yang selalu kami lakukan.

 

Sebenarnya kampung halamanku itu menyimpan  kekayaan dan keindahan alam yang sangat banyak. Di kabupaten sukabumi, tidak hanya terdapat wisata pantai saja yang terkenal, seperti Pelabuhan Ratu yaitu karang Hawu dan Ujung Ganteng. Tapi  ada juga tempat wisata budaya atau sejarah lainnya yang tak kalah menarik, yaitu objek wisata  religious Gua Siluman dan objek wisata Bibijilan yang terletak di Desa Buniayu, Air Panas Cisolok, Gua Lalay, Sungai Citarik, Taman Rekreasi Selabintana, Kampung Ciptagelar, Kawah Ratu, Taman Nasional Gede-Pangrango, AWWI (Agro Widya Wisata Ilmiah) dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, tidak sedikit wisatawan yang tidak pernah bosan menghabiskan liburannya di Pelabuhan Ratu, baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. “walaupun ada banyak tempat pariwisata di Sukabumi, pantai Pelabuhan Ratu  tetap menjadi pilihan utama bagi para wistawan,“ menurut Dinas Pariwisata, Bapak Sulaiman. Aku sendiri setuju dengan pendapat bapak Sulaiman di artikel yang pernah aku baca, karena setiap liburan terbukti jalanan menuju ke Karang Hawu, Pelabuhan Ratu selalu macet karena banyaknya pengunjung.


Setelah puas dengan pantai dan deburan ombak, beberapa hari kemudian kami pergi ke Curug Indra yaitui air terjun yang letaknya dihutan Cicariang. Curug Indra ini bukan tempat pariwisata yang terkenal seperti Pantai Karang Hawu bahkan hanya beberapa orang yang tahu. Berada di dekat pesawahan milik neneku, Tempatnya masih sangat alami ditengah hutan dan belum tersentuh tangan. Satu-satunya cara untuk sampai ke Curug Indra adalah dengan berjalan kaki. Letaknya yang berada dibawah gunung sehingga air terjunnya sangat deras. Jadi kami hanya bisa mandi ditepian air terjun, tidak berani ketengah karena kedalaman air dibawah air terjun yang dalam. Disana biasanya kami mengabiskan waktu dengan mandi, memancing, kemudian mengumpulkan ranting-ranting pohon untuk membuat api dan membakar ayam yang tadi kami bawa dari rumah, serta ikan yang berhasil Ayah dan keponakanku kumpulkan. Nikmat sekali, apalagi ditengah hutan yang menyegarkan mata dan suara air terjun bagai musik alam yang menemani kami bersantap siang.


Liburan Idul Fitri menjadi moment indah yang selalu kami nanti-nantikan setiap tahunnya. Pulang kekampung halaman menjadi kebiasaan yang tak ingin kami lewatkan. Berkumpul bersama sanak keluarga menjadi ajang pemuas rindu, waktu singkat menjadi lebih bermakna, dan menjadi memori yang berharga untuk dikenang dikemudian hari. Kampung halamanku Pelabuhan Ratu.






Cari Blog Ini

Followers

Thanks

Thanks

My Dream

My Dream

Categories

Popular

Autumn Falling Leaves

Total Tayangan Halaman