Datangnya bulan puasa selalu membawa kebahagiaan dan keberkahan tersendiri untuk keluargaku. Kebahagiaan itu  tercipta tatkala kami pulang ke kampung halaman  di Pelabuhan Ratu. Biasanya kami akan pulang kampung setelah libur menjelang lebaran Idul Fitri. Sekitar dua minggu kami akan menikmati indahnya kampung halaman tercinta, yang selama dua tahun ini tidak kami kunjungi. Keluargaku asli orang Pelabuhan Ratu, baik Ayah maupun Ibu. Bedanya cuman nama kampungnya saja. Ayah yang  tinggal di kampung Cihaur, sedang ibu berasal dari kampung tetangga di Cicariang. Setelah Ayah dan Ibu menikah, Ayahku merantau ke Bandung bersama Paman. Karena ayahku bekerja di Bandung, jadi setelah Aku berusia 2 tahun kami menetap di Bandung.


Pelabuhan Ratu kampung halaman yang sangat ku cintai, keindahannya selalu aku rindukan. Disana juga tempat aku dilahirkan. Keindahan kampungku itu tak kalah dari indahnya Pangandaran yang sempat aku kunjungi saat perpisahan kelas XII Madrasah Aliyah. Hamparan pesawahan yang berjejer rapi, membuat mata tak ingin berpaling. Gunung yang menjulang tinggi dan besar selalu menjadi pemandangan yang tak pernah aku lewatkan ketika diperjalanan. Jendela bus selalu menjadi teman setia, ketakjubanku pada indahnya alam ciptaan Tuhan ini.




Selama liburan di Pelabuhan Ratu, kami sekeluarga akan tinggal dirumah nenek di Cihaur. Selain untuk liburan melepas penatnya rutinitas kota Bandung, alasan keluargaku mudik adalah  untuk bersilaturahmi mengunjungi sanak keluarga. Lebaran Idul Fitri menjadi lebih bermakna ketika kami berkumpul bersama. Biasanya setelah shalat Idul Fitri, kami akan bergiliran untuk menumpahkan segala isi hati. Saling bersalaman untuk memohon maaf atas segala kesalahan yang disadari maupun tidak disadari. Selaku manusia kami sadar  tidak luput dari khilap dan dosa.



Setelah lebaran, ceritanya liburan kali ini Aku memaksa Ayah pergi ke Pantai Karang Hawu bersama keluargaku. Pagi-pagi sekali rombongan keluargaku sudah berangkat. Biasanya kami mengendarai motor untuk pergi kesana. Pantai karang Hawu ini berlokasi di Teluk Pelabuhan Ratu, Kabupaten sukabumi. Pantai ini merupakan tempat wisata yang banyak dikunjungi. Nama Karang Hawu sendiri dipakai karena adanya batu karang yang menjorok ke laut dan berlubang pada bagian tertentu dan ada yang membentuk seperti ‘Tungku (dalam bahasa sunda disebut ‘Hawu’). 

   

Pantai ini sangat istimewa menurutku. Adakah yang pernah mendengar mitos tentang Penguasa Pantai Laut Selatan, kisah Nyai Roro Kidul? Kalau aku sendiri pernah membacanya waktu sekolah SD. Dan ternyata tempat kejadian dalam cerita itu ada di kampung halamanku.Tentu saja menjadi kebanggaan tersendiri untukku selaku orang yang dilahirkan disana. Aku juga pernah melihat acara TV  yang menayangkan tentang kisah Nyai Roro Kidul ini. Jadi ceritanya tentang seorang putri yang sangat cantik, bernama putri Kandita dari kerajaan Pajajaran. Karena kecantikannya Ia sangat disayangi sang ayah yang seorang raja, dan karena kecantikannya pula Putri Kandita di guna-guna oleh para selir raja yang merasa iri. Kemudian sang putri diusir dari istana dan menjadi pengembara yang kuat. Sedikit yang bisa aku ceritakan. Cukup banyak teman-teman yang tertarik tentang kampung halamanku itu, khususnya tentang Karang Hawu yang konon merupakan singgasana Nyai Roro Kidul, sang penguasa laut selatan. Pada beberapa cekungan batu karang itu terdapat genangan air yang jernih. Ada beberapa orang yang kadang suka menyempatkan mandi di air tersebut, ada juga yang hanya sekedar membasuh muka dengan air itu, tak sedikit yang sengaja menampung air itu kedalam botol untuk dibawa. Aku sendiri tidak berani naik karang karena takut terjatuh dan menghabiskan waktu untuk mandi di pantai menikmati ombak yang akan selalu membawa tubuh kita ke tengah laut jika tidak berhati-hati, makanya kalau datang ombak aku selalu berlari kedekat batu karang untuk berpegangan. Kalau keluargaku biasanya mandinya cuman sebentar, kemudian menggelar tikar disisi pesisir yang banyak pohonnya untuk tempat makan-makan biar tidak kepanasan. Sebenarnya banyak hal menyenangkan yang bisa kita lakukan di pantai, seperti memancing, berenang, berselancar, berjemur atau hanya sekedar menikmati panorama alam dan deburan ombak yang menerjang tebing. Seperti yang selalu kami lakukan.

 

Sebenarnya kampung halamanku itu menyimpan  kekayaan dan keindahan alam yang sangat banyak. Di kabupaten sukabumi, tidak hanya terdapat wisata pantai saja yang terkenal, seperti Pelabuhan Ratu yaitu karang Hawu dan Ujung Ganteng. Tapi  ada juga tempat wisata budaya atau sejarah lainnya yang tak kalah menarik, yaitu objek wisata  religious Gua Siluman dan objek wisata Bibijilan yang terletak di Desa Buniayu, Air Panas Cisolok, Gua Lalay, Sungai Citarik, Taman Rekreasi Selabintana, Kampung Ciptagelar, Kawah Ratu, Taman Nasional Gede-Pangrango, AWWI (Agro Widya Wisata Ilmiah) dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, tidak sedikit wisatawan yang tidak pernah bosan menghabiskan liburannya di Pelabuhan Ratu, baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. “walaupun ada banyak tempat pariwisata di Sukabumi, pantai Pelabuhan Ratu  tetap menjadi pilihan utama bagi para wistawan,“ menurut Dinas Pariwisata, Bapak Sulaiman. Aku sendiri setuju dengan pendapat bapak Sulaiman di artikel yang pernah aku baca, karena setiap liburan terbukti jalanan menuju ke Karang Hawu, Pelabuhan Ratu selalu macet karena banyaknya pengunjung.


Setelah puas dengan pantai dan deburan ombak, beberapa hari kemudian kami pergi ke Curug Indra yaitui air terjun yang letaknya dihutan Cicariang. Curug Indra ini bukan tempat pariwisata yang terkenal seperti Pantai Karang Hawu bahkan hanya beberapa orang yang tahu. Berada di dekat pesawahan milik neneku, Tempatnya masih sangat alami ditengah hutan dan belum tersentuh tangan. Satu-satunya cara untuk sampai ke Curug Indra adalah dengan berjalan kaki. Letaknya yang berada dibawah gunung sehingga air terjunnya sangat deras. Jadi kami hanya bisa mandi ditepian air terjun, tidak berani ketengah karena kedalaman air dibawah air terjun yang dalam. Disana biasanya kami mengabiskan waktu dengan mandi, memancing, kemudian mengumpulkan ranting-ranting pohon untuk membuat api dan membakar ayam yang tadi kami bawa dari rumah, serta ikan yang berhasil Ayah dan keponakanku kumpulkan. Nikmat sekali, apalagi ditengah hutan yang menyegarkan mata dan suara air terjun bagai musik alam yang menemani kami bersantap siang.


Liburan Idul Fitri menjadi moment indah yang selalu kami nanti-nantikan setiap tahunnya. Pulang kekampung halaman menjadi kebiasaan yang tak ingin kami lewatkan. Berkumpul bersama sanak keluarga menjadi ajang pemuas rindu, waktu singkat menjadi lebih bermakna, dan menjadi memori yang berharga untuk dikenang dikemudian hari. Kampung halamanku Pelabuhan Ratu.